Agustus 2017 - Podium.com

Jumat, 25 Agustus 2017

Lagu Anak Penyebab Perpecahan Bangsa?

Agustus 25, 2017 4
Lagu Anak Penyebab Perpecahan Bangsa?
(sumber : tkaisyiah.blogspot.co.id)
 
Tepuk anak sholeh (prok prok prok)
Aku (prok prok prok)
Anak sholeh (prok prok prok)

Rajin sholat (prok prok prok)
Rajin ngaji (prok prok prok)

Orang tua (prok prok prok)
Dihormati (prok prok prok)

Cinta Islam (prok prok prok)
Sampai mati (prok prok prok)

Laa ilaaha ilallah muhammadur rasaulullah

Islam yes yes
Kafir no no

Begitulah lagu Anak Sholeh yang sering kali dinyanyikan anak-anak PAUD dan TK dilingkungan Aisyiah. Biasanya mereka menyanyikannya sambil diiringi tepuk tangan dan dengan suasana yang gembira. Lagu inipun sudah lama dipakai sebagai lagu untuk mendidik akhlak sekaligus menanamkan aqidah Islam kepada anak-anak sejak dini.

Saya sendiri ketika di TK rasanya-rasanya memang tak pernah menyanyikan lagu tersebut. Mungkin karena saya tidak bersekolah di TK Aisyiah. Liriknya pun baru-baru ini saya tahu. Meski begitu, lagu tersebut bagi saya cukup menyenangkan dan sangat mendidik apalagi saat dinyanyikan bersama-sama dengan penuh semangat.

Belakangan ini diketahui bahwa ada salah satu kota di Indonesia yang melarang lagu tersebut untuk dinyanyikan. Alasannya sederhana, lagu tersebut dinilai sebagai lagu yang akan menanamkan sikap intoleransi beragama pada anak-anak. Jika dicermati, dari awal hingga akhir lagu tersebut memang tak ada yang salah. Namun pada lirik terakhir yakni “Islam yes yes Kafir no no”, disitulah permasalahan muncul. Hal ini tak pelak menimbulkan kontroversi dan menjadi perbincangan publik.
           
Sedikit geli memang ketika mendengar statement semacam itu. Apalagi pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang muslimah yang sudah kenal dengan Islam sejak kecil. Beliau menginginkan agar lagu tersebut berhenti dinyanyikan atau diubah liriknya. Pada akhirnya permasalahan yang sebenarnya tidak produktif ini akhirnya menjadi polemik di tengah masyarakat.
           
Menurut pendapat saya pribadi, lagu tersebut sebenarnya sama sekali tak menyalahi aturan, baik agama ataupun hukum yang berlaku. Kalimat yang berbunyi “Islam yes yes Kafir no no” adalah hal lumrah dalam Islam. Di dalam Al-Quran sendiri banyak sekali ayat yang menceritakan tentang orang-orang kafir. Kita sebagai seorang muslim pun juga sudah tahu dan percaya bahwa menjadi kafir adalah dosa besar. Tentu kita tak bisa menampik hal itu karena bersumber langsung dari Al-Quran.
           
Mengenai tuduhan jika kalimat tersebut menunjukkan sikap intoleransi, saya kira juga terlalu berlebihan. Pertama, lagu tersebut dinyanyikan di TK atau PAUD Islam, bukan dinyanyikan oleh orang-orang non muslim. Selama inipun juga tidak ada masalah dari orang non muslim. Kedua, lagu tersebut bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik dan menjaga aqidah anak-anak agar sampai kapanpun terus memeluk Islam dan menjauhi kekafiran. Bukankah penanaman aqidah sejak dini sangat bagus untuk membangun benteng keimanan yang kokoh bagi generasi Islam selanjutnya. Jadi, mengapa harus dipermasalahkan?
           
Ketiga, lirik tersebut sebenarnya bukan bermaksud agar anak-anak menjauhi orang-orang non muslim, melainkan, sekali lagi, untuk menanamkan aqidah Islam. Beda halnya jika lirik tersebut berbunyi, “Teman Islam, didekati. Teman kafir dijauhi,” atau “Orang Islam disayangi. Orang kafir dibenci sampai mati”. Tentu akan berbeda, bukan? Lirik tersebut sifatnya juga masih umum dan lebih menekankan agar anak-anak tidak menjadi orang kafir ketika dewasanya. Memangnya ada orang tua yang ingin anaknya kafir?
           
Kesimpulannya, kita tidak perlu lagi mempermasalahkan lagu yang sangat baik tersebut. “Islam Yes, Kafir No” adalah suatu keharusan bagi umat muslim dan telah disebutkan pula dalam Al-Quran. Bukan berarti dengan perkataan seperti itu kita serta merta menjauhi bahkan membenci orang-orang non muslim. Islam telah mengajarkan bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Karena Islam adalah agama yang sempurna dan diturunkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Wallahu alam bisshawab.

Senin, 21 Agustus 2017

Pertemuan Mulia Dengan Muallaf Cina

Agustus 21, 2017 0
Pertemuan Mulia Dengan Muallaf Cina
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil alamin.
Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita mengenai pengalaman pertama saya bertemu dengan Ustadz Felix Siauw. Pastinya sudah tahukan siapa beliau?
Saya sendiri pertama kali kenal dengan beliau ketika dulu, kepala sekolah saya di SMP menampilkan sebuah video kepada kami semua. Dalam video tersebut terdapat seorang laki-laki yang masih muda dengan sangat luar biasa hebat mengisahkan mengenai perjuangan mujahidin Islam menaklukkan Kota Konstantinofel. Kegigihan, keberanian dan kecerdasan umat Islam saat itu yang dipimpin langsung oleh Sultan Al-Fatih, ditambah lagi dengan penyampaian yang begitu memukai dari Ustadz Felix, jujur, membuat saya merinding dan benar-benar terpukau. Sejak saat itulah, secara perlahan saya mulai mengetahui sejarah kegemilangan Islam dan juga seluk beluk beliau.

Malam itu, tanggal 19 Agustus 2017, handphone saya tiba-tiba berbunyi. Setelah saya angkat, ternyata telpon tersebut dari salah seorang petinggi di organisasi saya yang meminta saya untuk menjadi panitia pada acara YukNgaji Ustadz Felix dkk. Meski bukan panitia inti, namun bagi saya amanah tersebut merupakan kebanggan tersendiri. Selain bisa bertemu dan mengaji bersama, setidaknya saya tidak perlu bayar untuk menghadiri acara beliau, hahaha.

Keesokan paginya, sekitar pukul 07.00 pagi, saya berangkat dari tempat kos saya menuju Masjid Kampus. Disana saya akan menjemput salah seorang teman yang juga diminta menjadi panitia. Barulah setelah itu kami berangkat menuju Hotel Roditha Banjarmasin yang merupakan tempat acara akan berlangsung. Saat itu, baik saya maupun teman saya, sama-sama tidak ada yang mengetahui lokasi tempat acara secara pasti. Alhasil kami akhirnya menggunakan bantuan GPS.

Kami akhirnya tiba di tempat acara meski tadi hampir salah jalan. Kami langsung menuju lantai 5 dan menemui beberapa panitia inti untuk mendapatkan pengarahan dari mereka. Tugaspun dibagi. Saya kebagian bertugas untuk mengarahkan peserta dari lantai 1. Setelah mengambil name tag, saya kemudian turun ke lantai satu dan berjaga di depan lift.

Para peserta baik laki-laki maupun perempuan terus berdatangan. Bahkan sebelum saya datang tadi pun sudah ada peserta yang tiba di tempat. Para perempuan terlihat mengenakan pakaian syar’i yang sempurna. Semua peserta nampak antusias mengikuti acara tersebut meski sebenarnya harga tiket masuknya tergolong relatif mahal. Tidak hanya kalangan anak muda saja, para suami isteri juga turut hadir dan ada yang membawa anak-anak mereka yang masih kecil. Pagi itu menjadi sangat luar biasa sekali melihat semangat mereka dalam mengaji Islam.

Saya masih berjaga di depan lift meski para peserta sudah mulai berkurang mengingat hari juga semakin siang. Namun disitulah letak perjumpaan saya pertama kali dengan Ustadz Felix Siauw, Ustadz Cahyono Ahmad Irsyad dan Ustadz Husain Assadi. Mereka bertiga ingin masuk ke dalam lift. Saya sendiri tidak tahu mau ke lantai berapa beliau semua. Tapi sepertinya ingin bersiap-siap. Berhubung waktu itu lift masih belum datang, mereka kemudian menunggu. Alhamdulillah, saya bisa bertatap muka dan memberi senyum kepada beliau semua. Saya dan Ustadz Assadi bahkan sempat terlibat pembicaraan ringan.

Tidak seperti yang saya fikirkan, penampilan mereka begitu sederhana namun tetap nyaman dipandang mata. Waktu itu Ustadz Felix hanya mengenakan baju kaos dan celana kain hitam yang bagian bawahnya digulung-gulung. Begitupun dengan Ustadz Cahyono dan Assadi. Ustadz Felix bahkan sempat melayanai seseorang yang ingin berfoto dengan beliau dan juga mempersilakan beberapa orang peserta untuk lebih dahulu memasuki lift. Subhanallah.

Sekitar pukul 09.00 (kalau tidak salah), acara akhirnya dimulai. Penampilan pertama dibuka oleh MC kemudian dilanjutkan dengan penyampaian dari Ustadz Cahyono Ahmad Irsyad. Beliau juga bertindak sebagai host. Ada hal yang tak terduga. Beliau ternyata seorang pendakwah yang cukup hebat dalam memainkan gitar, memiliki suara merdu dan juga guyonan yang proposional dan bermakna. Tidak heran, jika suasana menjadi penuh keceriaan. Ustadz Cahyono berhasil membuat para peserta tersenyum, tertawa, bertepuk tangan sekaligus mencairkan suasana sehingga tidak terkesan monoton.

Ustadz Cahyono kemudian mempersilakan Ustadz Felix untuk bergaubung bersama beliau di atas panggung. Riuh tepuk tangan membahana di dalam ruangan. Ustadz Cahyono masih mengeluarkan guyonannya hingga membuat peserta kembali tertawa.

Seperti yang saya duga, Ustadz Felix tampil dengan luar biasa. Bicara beliau terdengar cukup cepat, tepat dan penuh pembelajaran. Ratusan peserta yang hadir seperti terhipnotis dengan beliau. Dalam penyampaiannya, Ustadz Felix sangat interaktif dengan peserta. Banyak cerita pribadi beliau yang disampaikan. Gaya beliau dalam menyampaikan ceramahnya sangat mudah dipahami dan diterima semua kalangan.

Saya jadi teringat sebuah insiden yang dulu pernah melanda beliau. Beberapa waktu yang lalu terjadi aksi pembubaran kajian Ustadz Felix. Tidak diketahui pasti apa penyebab dari aksi itu. Polisi tiba-tiba datang dan membubarkan acara secara sepihak. Akan tetapi, setelah saya melihat langsung gaya dan yang disampaikan beliau, saya kira sangat tidak pantas jika ada aksi semacam itu. Toh beliau hanya menyampaikan dakwah untuk kemaslahatan ummat. Beliau banyak menyoroti kehidupan umat manusia sekarang ini yang jauh dari nilai-nilai Islam. Tentu saja, disini tidak ada doktrinisasi, seruan untuk membunuh kaum kafirin apalagi sampai memecah belah bangsa. Beliau selalu menekankan bahwa dalam beragama, kita harus selalu befikir.

Setelah Ustadz Felix, kini giliran Ustadz Husain Assadi yang naik ke atas panggung. Beliau tampil hanya dengan mengenakan kaos oblong berwarna hitam dan bertuliskan logo YukNgajii hasil desain beliau sendiri. Hampir sama seperti Ustadz Cahyono, beliau juga memainkan gitar dalam penyampaiannya. Malahan, beliau sangat ahli dan tahu banyak seluk beluk mengenai gitar. Saat berbicara di atas panggung, beliau malah terlihat seperti guru les gitar yang memberikan pelajaran mengenai musik dan gitar kepada kami. Meski tak banyak bernyanyi, namun dapat diketahui bahwa suara beliau sangat bagus. Penampilan beliau lagi-lagi menghibur kami dan tentunya memberikan banyak pembelajaran.

Disesi terakhir, diadakan tanya jawab untuk para peserta. Banyak dari peserta yang ingin mengajukan pertanyaannya. Saya yang waktu itu ditugasi untuk mengantar mik ke peserta, bahkan menemui seorang perempuan yang memohon-mohon kepada saya agar ia bisa mengajukan pertanyaan. Saya akhirnya menyampaikan kehendak dari perempuan tersebut, akan tetapi sayangnya karena keterbatasan waktu, pertanyaan harus tetap dibatasi.

Acara berakhir sekitar pukul 12.30. Peserta mulai membubarkan diri. Para akhwat (perempuan) dipersilakan yang pertama kali untuk keluar dari ruangan. Disini saya kembali mendapatkan tugas untuk mengantarkan banyak buku ke Ustadz Felix. Buku-buku tersebut adalah karya dari Ustadz Felix sendiri dan berasal dari peserta yang sengaja membawa bukunya dari rumah atau yang baru beli di tempat acara. Selain itu juga ada seorang peserta yang memberikan sebuah novel hasil karyanya sendiri kepada Ustadz Felix. Sementara itu di atas panggung, tampak masih dipenuhi oleh peserta ikhwan (laki-laki) yang ingin berfoto bersama.
Selesai berfoto, Ustadz Felix kembali duduk dan menandatangani setumpuk buku yang sudah ada di atas meja beliau. Disini, jarak antara saya dan Ustadz Felix sangat dekat sekali karena memang saya menunggu beliau menyelesaikan tandatangannya. Meski disibukkan dengan hal itu, namun Ustadz Felix tetap bisa meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap ringan ataupun berfoto. Sungguh, bagi saya beliau merupakan salah satu Ustadz yang perlu dicontoh, khususnya kalangan pemuda.

Taat Pasti Bahagia
Maksiat Pasti Sengsara
(Ustadz Felix Siauw)

 Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Jumat, 18 Agustus 2017

Bahasa, Bidadari dan Pesta Seks

Agustus 18, 2017 0
Bahasa, Bidadari dan Pesta Seks


Sewaktu saya kecil dulu, guru agama saya pernah berkata bahwa kelak di surga, kita akan bertemu dengan bidadari-bidadari yang sangat cantik. Mereka nantinya akan menemani kita di surga dan mau disuruh apapun semisal mengipasi kita, mengambilkan buah-buahan, makanan, minuman dan sebagainya. Saat itu saya tertegun mendengarnya.

Saya mencoba untuk membayangkan bagaimana suasana di surga beserta para bidadari yang cantik itu. Apakah mereka punya sepasang sayap, bulatan putih di atas kepala mereka serta tongkat sakti yang bisa memunculkan dan menghilangkan sesuatu. Satu pertanyaan nyeleh kemudian muncul, namun sayangnya tak sempat saya tanyakan pada guru saya itu. Jika para laki-laki akan ditemani oleh bidadari, lantas bagaimana dengan perempuan? Apakah Allah akan menciptakan bidadara?.
           
Masih dalam suasana berkhayal. Saya membayangkan lagi bagaimana bidadari itu ketika saya suruh untuk mengambil sesuatu. Apakah mereka akan mengatakan “Dengan kekuatan bulan, aku munculkan buah-buahan surga yang paling enak”. Bidadari itu memutar-mutarkan tongkatnya di udara kemudian, Criiiing….dihadapanku tiba-tiba muncul sebuah meja besar lengkap dengan aneka buah-buahan segar dan menggoda. Begitukah?
           
Cerita di atas tentu hanyalah khayalan sewaktu kecil yang memang sangat aneh. Akan tetapi, setelah saya beranjak lebih dewasa, istilah bidadari surga masih saja terdengar. Terlebih ketika lagu Ustadz Jefri Al-Buqhory (alm) dengan judul Bidadari Surga sedang hits. Tak hanya melalui lagu, saya juga pernah membaca sebuah hadist Rasulullah dan juga ayat Al-Quran yang menceritakan apa dan bagaimana bidadari surga tersebut. Tentu saya lebih kagum lagi sebab dalam hadist itu bahkan dijabarkan bagaimana wujud dari mereka.
           
Meskipun begitu, dikatakan pula bahwa manusia tak akan bisa membayangkan wujud sebenarnya dari bidadari itu. Keterbatasan pemikiran manusia serta berbagai macam kekurangan yang kita miliki, membuat kita tak bisa menjamah lebih jauh mengenai hal itu. Tentu semuanya adalah rahasia Allah dan tidak usah terlalu difikirkan secara mendatail.
           
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernyataan seorang ustadz muda yang dianggap kontroversial. Dalam ceramahnya di layar televisi, beliau mengatakan bahwa di surga nanti akan ada pesta seks untuk penghuninya. Pernyataan beliau ini kemudian viral dan menimbulkan perdebatan hingga gesekan di masyarakat.
           
Seperti yang sudah seringkali terjadi. Ketika seorang ustadz menyampaikan beribu kebaikan, tanggapan dari masyarakat hanya biasa-biasa saja yang mungkin masuk telinga kanan dan keluar terlinga kiri. Berbeda ketika beliau menyampaikan satu dua kata saja yang mungkin agak ganjil di telinga, maka tak perlu waktu lama untuk datangnya berbagai macam perkataan, cacian hingga makian. Terlebih bagi mereka yang memang membenci ulama dan Islam. Hal semacam ini adalah sasaran empuk untuk “digoreng” bersama. Bahkan sejak adanya pernyataan dari ustadz tersebut, malah ada yang membandingkan surga orang Islam dengan surga orang non Islam.
           
Saya sendiri sebenarnya menanggapi pernyataan itu biasa-biasa saja. Memang secara bahasa, kalimat “Pesta Seks” kurang sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini. Pesta seks tentu bukan dimaksudkan untuk hubungan intim suami istri yang sah, melainkan lebih ke arah perbuatan yang amat tercela.
           
Bagi masyarakat awam, pemilihan kata yang kurang tepat ini jelas menjadi masalah. Bisa jadi mereka lantas mambayangkan surga yang merupakan tempat terbaik manusia, berubah menjadi tempat pesta seks yang identik dengan kemaksiatkan tersebut. Parahnya, barangkali ada yang beranggapan jika pesta seks terjadi di surga, berarti Allah adalah penyedia tempatnya. Tentu, pemikiran ini sangat keliru meski tak dapat ditampik akan muncul pemikiran-pemikiran semacam ini.     

Menurut saya pribadi, motif dari beliau yang menggunakan kalimat tersebut hanyalah sebagai ungkapan betapa nikmatnya berada di surga. Mungkin pula agar manusia bisa menjaga syahwatnya di dunia sebab nanti di surga akan ada saatnya untuk menyalurkannya. Saya kira, tidak mungkin beliau menjanjikan sesuatu tanpa dalil apalagi ingin menjelek-jelekkan surga. Sehingga ketika ada pernyataan demikian, jangan sampai kita terbakar emosi. Kalaupun ingin menasehati, maka sampaikan dengan cara-cara yang ihsan atau cara yang baik. Bukan dengan hinaan, cacian dan makian. Naudzhubillah.

Kalaupun “Pesta Seks” memang ada, tentunya tidak seperti yang kita bayangkan. Kenikmatan di surga dengan dunia sangatlah berbeda. Sama halnya seperti bidadari dicerita pertama saya tadi, yang bahkan telah digambarkan dalam Al-Quran dan hadist. Akan tetapi kita tetap tak bisa membayangkan sepenuhnya bidadari tersebut. Jika kita membaca hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang berbunyi “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh fikiran”. Dari hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa fikiran manusia tak akan mampu menjamah surga dan seisinya.

Pada akhirnya, jadilah orang yang tetap bijak menghadapi sesuatu. Apakah pantas kita yang berlumuran dosa ini menghina seorang ustadz muda yang bisa jadi seluruh hidupnya diserahkan untuk memperjuangkan agama Allah. Bukankah kita sendiri yang seringkali menggembor-gemborkan bahwa manusia tak bisa luput dari dosa dan kesalahan. Sekarang ketika ada orang yang dinilai berbuat kesalahan, banyak dari kita yang menanggapi secara berlebihan seolah kita tak punya dosa.

Untuk itu, marilah kita terus meminta ampun kepada Allah SWT atas kelancangan perilaku kita. Mari kita doakan semoga ustadz muda yang sedang diberikan ujian tersebut, bisa tabah menjalaninya. Aamiin ya robbal alamin. Wallahu a'lam bisshawab.